BAB I
PENDAHALUAN
A. Latar Belakang
Dalam
penyelenggaraan da’wah, mutlak diperlukan penjalinan hubungan (koordinasi)
diantara satu dengan yang lain. Dengan adanya penjalinan hubungan yang
dilakukan oleh pimpinan terhadap para pelaksana, baik antara mereka yang berada
dalam satu kesatuan, maupun dengan kesatuan yang lainnya, dapatlah dihindarkan
kesimpang siuran, kekacauan, kekembaran, kekosongan dan sebagainya. Kebijakan
Nabi Muhammad SAW bahwa dalam setiap menghadapi masalah beliau senantiasa
mengadakan permusyawaratan dengan para sahabatnya, disamping hal tersebut
menunjukkan bahwa musyawarah adalah merupakan prinsip ajaran islam yang
penting, yang juga sebagai sarana penjalinan hubungan antara Nabi SAW dengan
para sahabatnya satu sama lain. Sehingga terpadulah potensi mereka dalam satu
kesatuan dan kekuatan yang sinkron.
Pentingnya
arti pemberian motivasi, pembimbingan dan koordinasi, dalam rangka proses
penyelenggaraan da’wah. Selain itu diperlukan pula adanya saling pengertian
diantara para pelaksana. Saling pengertian ini dapat diwujudkan, bilamana
masing-masing mereka secara timbal balik senantiasa menyampaikan informasi,
ide, keinginan dan sebagainya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Yang
Dimaksud Dengan Directing (Pengarahan) ?
2.
Apa Tujuan Directing
(Pengarahan) Didalam Dakwah ?
3.
Apa Fungsi Komunikasi
Didalam Pengarahan ?
4.
Apa Pemberian Perintah
(commanding) ?
C.
Tujuan Masalah
Memberikan pemahaman terhadap pengarahan atau
perintah (directing or commanding) didalam
dakwah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan
bimbingan terdapat para petugas yang terlibat, baik secara structural maupun
fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar, dengan pengarahan staff yang telah diangkat dan dipercayakan melaksanakan
tugas di bidangnya masing-masing tidak menyimpang dari garis program yang telah
ditentukan.
Dalam pelaksanaannya pengarahan ini seringkali dilakukan bersamaan
dengan controlling sambil mengawasi, manajer sering kali memberi petunjuk atau
bimbingan bagaimana seharusnya pekerjaan dikerjakan.
Jika pengarahan yang disampaikan manajer sesuai dengan kemauan dan
kemampuan dari staf, maka staf pun akan termotivasi untuk memberdayakan
potensinya dalam melaksanakan kegiatannya.
George R Terry seorang tokoh manajemen menyebut pengarahan dengan
istilah Actuating. Menurutnya Actuating sendiri merupakan usaha menggerakkan
anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran organisasi (kelompok) dan sasaran
anggota-anggota organisasi (kelompok) tersebut.[1]
B. Prinsip Pengarahan
Pengarahan merupakan aspek
hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk
bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif serta efesien untuk
mencapai tujuan.[2]
Dalam manajemen, pengarahan ini
bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia, juga menyangkut
berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai
tingkah laku yang berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang
berbeda pula. Oleh karena itu, pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan harus
berpegang pada beberapa prinsip, yaitu:
1.
Prinsip
mengarah pada tujuan
Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada
prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin
besar sumbangan bawahan terhadap usaha mencapai tujuan.
2.
Prinsip keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya
yang mungkin tidak mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki
demikian dengan harapan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu besar dan
kebutuhan mereka dapat dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan
kepentingan perusahaan.
3.
Prinsip kesatuan komando
Prinsip
kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan tangggung
jawab para bawahan.
C.
Cara
Cara Pengarahan
Pada
umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar
mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang
dari prinsip-prinsip di muka. Adapun cara pengarahan yang dilakukan dapat berupa
orientasi.[3]
Cara ini merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu agar
supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik. Biasanya, orientasi ini diberikan
kepada pegawai baru dengan tujuan untuk mengadakan pengenalan dan memberikan
pengertian atas berbagai masalah yang dihadapinya. Pegawai lama yang pernah
menjalani masa orientasi tidak selalu ingat atau paham tentang masalah-masalah
yang pernah dihadapinya. Suatu ketika mereka bisa lupa, lalai, atau sebab-sebab
lain yang membuat mereka kurang mengerti lagi.
Pengarahan
dapat diartikan sebagai tindakan pemimpin dakwah yang dapat menjamin
terlaksananya tugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana dan ketentuan-ketentuan
yang sudah digariskan. Pembimbingan yang dilakukan oleh pemimpin terhadap
pelaksana dilakukan dengan jalan memberikan perintah atau petunjuk atau
usaha-usaha lain yang bersifat mempengaruhi dan menetapkan arah tindakan
mereka.
Adapun
komponen pengarahan dakwah adalah nasihat untuk membantu para da’i untuk
melaksanakan peranannya serta mengatasi permasalahan dalam menjalankan tugasnya
adalah:
- Memberikan perhatian pada setiap perkembangan para anggotanya.
- Memberikan nasihat yang berkaitan dengan tugas dakwah yang bersifat membantu.
- Memberikan sebuah dorongan
- Memberikan bantuan atau bimbingan kepada semua elemen dakwah.[4]
D. Tujuan Pengarahan di Dalam
Dakwah
Di dalam fungsi pengarahan terdapat
empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi pengarahan, isi pengarahan, dan
metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang memberikan
pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberi pengarahan
adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan
adalah sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun
bimbingan. Sedangkan metode pengarahan adalah sistem komunikasi antara pengarah
dan yang diberi pengarahan.
Secara umum tujuan suatu pengarahan yang ingin dicapai pada
setiap organisasi / kelompok didalam adalah sebagai berikut:
- Menjamin Kontinuitas Perencanaan. Suatu perencanaan ditetapkan untuk dijadikan pedoman normatif dalam pencapaian tujuan. Pelaksanaan kerja yang baik akan sesuai dengan rencana dan tujuan yang ditentukan sebelumnya. Adanya suatu pengarahan dilakukan untuk menjamin kelangsungan perencanaan. Artinya, perencanaan yang yelah ditetapkan meskipun memiliki sifat fleksibel namun prinsip yang terkandung didalamnya harus tetap dijamin kontitunitasnya.
- Membudayakan prosedur standar. Melalui pengarahan diharapkan bahwa prosedur kerja yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga lambat laun akan menjadi sebuah kebiasaan. Apabila sudah menjadi kebiasaan diharapkan dapat membudaya dilingkungan sistem itu sendiri.
- Membina disiplin kerja. Tujuan lain perlunya pengarahan adalah agar terbiasa disiplin kerja dilingkungan organisasi. Disiplin dapat diartikan sebagai suatu sikap mental yang menyatu dalam kehidupan yang menyatu dalam kehidupan yang mengandung pemahaman terhadap norma, nilai, dan peraturan alam dalam melakanakan hak dan kewajibanya.
- Membina motivasi yang terarah. Penerapan fungsi pngarahan juga memiliki tujuan untuk membina motivasi para anggota yang terarah. Maksudnya adalah agar para anggota dapat melakanakan pekarjaan sambil dibimbing dan diarahkan untuk menghindari kesalahan prosedur yang dikhawatirkan berdampak pada terealisasinya suatu program / kegiatan.
Proses pengarahan (Actuating) berkaitan erat dengan sebuah
langkah yang harus ditempuh / diakukan secara bersama. Oleh karena itu
dalam mengarahkan sebuah dakwah seorang da’i tentu harus mempertimbangkan mana
langkah yang baik dan mana langkah yang tidak baik, hal ini selain untuk
pertimbangan tercapainya tujuan bersama secara efektif juga sebagai perwujudan
taqwa kepada Allah SWT, sebagaimana Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104
yang artinya:
ولتكن
منكم يد عون الى الخير ويأمرون بألمعروف وينهون عن المنكر وأولٳك هم ٱلمفلحون
“ dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran: 104)
Kaitannya dengan actuating surat Ali Imron ayat 104
mengandung isu-isu manajemen dakwah. Pertama adalah kata ummatun, kata ummah
merujuk pada teamwork atau kelompok yang terorganisir yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari manajemen. Kedua adalah kata yad’uu yang berarti
mengajak, dalam hal ini adalah mengajak pada sebuah tujuan yang akan dicapai
bersama. Ketiga adalah kata ya’muruuna, memberikan dan menjelaskan perintah
untuk melaksanakan tujuan-tujuan organisasi yang telah dituangkan dalam sebuah
perencanaan. Ketiga adalah kata yanhauna, selain memberikan perintah actuating
juga mencakup pada koreksi atau memberikan rambu-rambu mengenai hal-hal yang
harus dicegah sebagaimana dalam kata yanhauna.
Perlu ditekankan lagi bahwa permasalahan pengarahan
(Actuating) berkaitan erat dengan sesama manusia, hal inilah yang membuat unsur
ini menjadi unsur yang paling kompleks dan paling sulit diterapkan dalam sebuah
proses manajemen. Penggerakan manusia merupakan hal yang sulit, mengingat
setiap manusia tentu memiliki perasaan, fikiran, harga diri, serta tujuan hidup
yang berbeda.
E. Peran Komunikasi Dalam Pengarahan
Dalam menerapkan proses pengarahan perlu adanya motivasi
serta komunikasi yang baik oleh leader dakwah. Sama halnya dengan langkah
setiap orang dalam kehidupannya, pengarahan pun dioperasikan memiliki tujuan
tertentu.
Komunikasi dalam bahasa Inggris Communication berawal dari
bahasa latin Communication yang berarti “sama makna”. Secara sederhana
Komunikasi dapat didefiniksikan sebagai proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan akhibat tertentu.
Kegiatan komunkasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan
secara sederhana.
Komunikasi merupakan hal yang urgen dalam sebuah pengarahan
pada sebuah proses manajemen, kesalahan sedikit saja yang timbul dari kesalahan
komunikasi atau karena komunikasi yang kurang sempurna tentu akan berdampak
pada efektivitas program kerja yangah dirancang sebelumnya, mengingat dalam
pengarahan berhadapan langsung dengan manusia dimana komunikasi yang baik
dibutuhkan untuk menyambung sebuah pemahaman terhadap job deskripsi setiap
indiviu.
Secara sederhana,
dapat ditegaskan bahwa objek kajian komunikasi dakwah adalah peran dan fungsi
komunikasi yang terlibat dalam proses dakwah. Hal ini dapat dijelaskan berangkat
dari objek material komunikasi dakwah adalah manusia sebagai sasaran dakwah.
Sedangkan objek formalnya adalah segala proses komunikasi dapat berperan
maksimal dalam pelaksanaan dakwah. Dengan memahami komunikasi dakwah, maka kita
dapat menentukan langkah-langkah strategis untuk mempersiapkan diri menghadapi
setiap tantangan dalam proses berdakwah, mengetahui dampak negatif, dan
menghindarinya.
Howarld D Lasswel mengemukakan tiga alasan dasar yang
menjadi penyebab mengapa manusia berkomunikasi: Pertama, hasrat manusia untuk
mengontrol lingkungannya, Kedua komunikasi merupakan upaya manusia untuk
beradaptasi dengan lingkungannya, dan Ketiga merupakan upaya untuk melakukan
transformasi warisan sosialisasi.
F. Pemberian Perintah
Perintah merupakan permintaan
dari seorang da’i kepada orang-orang yang berada dibawahnya untuk melakukan
atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. Jadi, perintah
itu berasal dari atasan, dan ditujukan kepada para bawahan atau dapat dikatakan
bahwa arus perintah ini mengalir dari atas ke bawah. Perintah tidak dapat
diberikan kepada orang lain yang memiliki kedudukan sejajar atau orang lain
yang berada di bagian lain. Adapun perintah yang dapat berupa :
Perintah
diberikan dalam bentuk lisan,
bilamana:
- Tugas yang diberikan itu sederhana
- Dalam keadaan darurat
- Perintah itu dapat selesai dalam waktu singkat
- Orang-orang yang diperintah sudah pernah mengerjakan hal itu
- Bilamana dalam melaksanakan pekerjaan itu terjadi kekeliruan, tidak akan membawa akibat yang besar.
- Untuk menjelaskan perintah tertulis.
Perintah
secara tertulis, biasanya di berikan bilamana :
- Pekerjaan yang di perintahkan sulit dan memerlukan keterangan detail.
- Pihak penerima perintah berada di tempat lain.
- Pihak penerima perintah sering lupa.
- Perintah itu ditujukan kepada banyak orang.
- Kesalahan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan perintah itu akan mendatangkan akibat yang besar.
Dalam
pemberian perintah baik lisan maupun tulisan yang harus diperhatikan,
harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
- Perintah harus jelas
- Perintah itu mungkin dan dapat dikerjakan
- Perintah hendaknya diberikan satu persatu.
- Perintah harus di berikan kepada orang yang tepat.
- Perintah harus diberikan oleh satu tangan.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pencapaian tujuan pengarahan
didalam berdakwah sering kali tidak dapat dilakukan dengan mudah. Berbagai
kendala dapat dihadapi da’I dalam perjalanannya mencapai tujuan. Gejolak
kemaksiatan, aktivitas pesaing semakin agresif dan berbagai kesulitan yang
menghadang sering kali membuat tujuan yang hendak dicapai perusahaan menjadi
tidak mudah.
Oleh karena itu, dalam
menghadapi situasi-situasi tersebut di atas, seorang da’i membutuhkan beberapa
fungsi, salah satunya adalah fungsi Actuating. Sehingga diharapkan dengan
berjalannya fungsi actuating ini, kelancaran dalam pengarahan dan perintah
untuk mengoperasional manajemen dakwah dapat berlangsung dengan baik.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami
buat, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini, semoga makalah kami bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
DAFTAR
PUSTAKA
Munir, M
dan Wahyu Ilahi 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta : Prenada Media.
Shaleh, Abd. Rosyad. 1986.Manajemen Dakwah. Jakarta : PT Bulan Bintang.
Khatib Pahlawan kayo. 2007.Manajemen
Dakwah dari Dakwah Konvensional menuju Dakwah professional. Cet. 1.Jakarta:
Amzah.
Shaleh, Rosyad. 1977.Manajemen Dakwah Islam. Jakarta : Bulan
Bintang.
[2] Khatib
Pahlawan kayo, Manajemen Dakwah dari Dakwah Konvensional menuju Dakwah
professional, (Jakarta: Amzah, Cet. 1, 2007), hlm 17