A.
PENDAHULUAN
Pada
bagain ini dipaparkan menganai: (1) identitas buku, (2) latar belakang buku,
dan (3) garis besar isi buku. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan
pengetahuan awal menganai hal-hal menganai buku yang akan dilaporkan. Lebih
jelas, berikut akan dipaparkan mengenai hal-hal yang akan dikemuakan.
1.
Identitas
Buku
Judul Buku : Bahasa Indonesia : Tata Bahasa Baku
Pengarang : Hasan Alwi, Soenjono Dardjowidjojo, Hans
Lapoliwa, Anton
M. Moeliono
ISBN : 979-407-177-3
Penerbit : PT Balai Pustaka (Persero)
Tahun Terbit : 2003
Edisi
: Ke-3 (Tiga)
Cetakan : Ke-6 (Enam)
Tempat
Terbit : Jakarta
Tebal Buku : 468 Halaman
Ukuran
Buku : 24 Cm x 16 cm
Jenis
Tulisan : Time New Roman
Ukuran
Tulisan : 12
Warna
Sampul : Biru
2.
Latar Belakang Buku
Bahasa memiliki peranan penting dalam
kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung,
bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman
era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut
secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek
kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan
tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan
tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan
masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar. Dalam
memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran buku tata
bahasa baku di buat, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya
selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah
sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup
besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan
informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan
terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam
keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat
digunakan secara baik dan benar.
3. Garis Besar
Isi Buku
Buku
tata bahasa baku bahasa indonesia ini berisikan XI Bab dan diantara Bab
mempunya sub-bab yang secara khusus ditujukan kepada orang awam yang
terpelajar, yang karena pendidikannya ingin menyerasikan taraf pengetahuannya
dibidang masing-masing dengan daya ungkapnya dalam bahasa indonesia yang apik
dan terpelihara. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah
tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas,
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan
tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan
bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan.
Sehingga harus dikemukakan disini bahwa buku tata bahasa ini tidak
dimaksudkan menjadi buku pelajaran disekolah saja. Melainkan berupa ramuan yang
ditujukan kepada masyarakat untuk bisa menggunakan bahasa indonesia dengan baik
dan benar. Untuk tujuan pengajaran perlu dijabarkan secara khusus diantara
bab-bab yang terdapat didalam buku bahasa indonesia, tata bahasa baku yang
dikarang oleh Hasan Alwi Dkk.
Secara
umum buku Hasan Alwi ini berisi bab-bab yang penting, selain itu buku bahasa
indonesia ini menjelaskan secara lengkap yang terdapat didalam bab-babnya.
B. PEMBAHASAN
laporan
Bagian Buku
Pada
bagian ini disampaikan intisari
buku yang ditulis Hasan Alwi (2003) dengan judul “bahasa indonesia: tata bahasa
baku”. Hal-hal yang disampaikan disesuaikan dengan bab dan subbab yang ada dalam buku.
Lebih jelas, berikut akan dipaparkan mengenai beberapa hal tersebut.
Bab
I Pendahuluan
a. Kedudukan
Bahasa Indonesia
Bahasa indonesia adalah bahasa yang
terpenting di kawasan Republik kita. Pentingnya peranan bahasa itu antara lain
bersumber pada ikrar ketiga sumpah pemuda 1928 yang berbunyi “kami poetera dan
poeteri indonesia mendjondjoeng bahasa persatuan , bahasa indonesia” dan pada
undang-undang dasar 1945 kita yang didalamnya tercantum pasal khusus yang
menyatakan bahwa “ bahasa negara ialah bahasa indonesia. Namun disamping itu
masih ada beberapa alasan lain mengapa bahasa indonesia menduduki tempat yang terkemuka diantara
beratus-ratus bahasa Nusantara yang masing-masing amat penting bagi penuturnya
sebagai bahasa ibu. Penting tidaknya suatu bahasa dapat juga didasari sarana
ilmu, seni, sastra, dan pengungkap budaya.
b. Ragam
Bahasa
Ragam bahasa menurut sikap penutur
mencakup sejumlah corak bahasa indonesia yang masing-masing pada asasnya
tersedia bagi tiap pemakai bahasa. Ragam ini, yang dapat disebut langgam atau
gaya. Pemilihannya tergantung pada sikap penutur terhadap orang yang diajak
berbicara atau terhadap pembacanya. Selain itu, ragam bahasa memiliki ragam
daerah yang disebut dengan nama logat dan dialek.
c. Ciri
situasi diglosia
Situasi diglosia dapat disaksikan
didalam masyarakat bahasa jika dua ragam pokok bahasa, yang masing-masing
mungkin memiliki jenis subragam lagi, dipakai secara berdampingan untuk fungsi
kemasyarakatan yang berbeda-beda. Didalam situasi diglosia terdapat tradisi
yang mengutamakan studi gramatikal tentang ragam yang tinggi. Hal itu dapat
dipahami jika diingat bahwa ragam itulah yang diajarkan didalam sistem
pembelajaran dan persekolahan. Dan pada dasarnya tradisi penulisan tata bahasa
melayu, malaysia dan indonesia membuktikan kecenderungan itu. Dan pada tradisi
itulah yang meletakkan dasar bagi usaha pembakuan bahasa.
d. Pembakuan
Bahasa
Dengan latar kerangka acuan
kediglosian yang diuraikan diatas, masalah pembakuan bahasa indonesia
memperoleh dimensi tambahan yang hingga kini tidak sering dipersoalkan, atau
yang memang dianggap tidak perlu diperhitungkan bagi keberhasilan usaha
pembakuan ini.
e. Bahasa
Baku
Baku atau standar berpraanggapan
adanya keseragaman. Proses pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses
penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi
bahasa. Itulah ciri ragam bahasa baku.
f. Fungsi
Bahasa Baku
Bahasa baku mendukung empat fungsi,
tiga diantaranya bersifat pelambang atau simbolik, sedangkan yang satu lagi
bersifat objektif. Dan adapun empat fungsi tersebut ialah : 1. Fungsi
pemersatu, 2. Fungsi pemberi kekhasan, 3. Fungsi pembawa keibawaan, 4. Fungsi
sebagai kerangka acuan.
g. Bahasa
Yang Baik Dan Benar
Pemanfaatan ragam yang tepat dan
serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut
dengan bahasa yang baik atau tepat. Sedangkan yang dikatakan bahasa yang baku
ialah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap
baku.
h. Dan
Hubungan Bahasa Indonesia Dengan Bahasa Daerah Maupun Bahasa Asing
Bahasa dapat berkembang karena
adanya kontak dengan bahasa dan budaya lain sehingga perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan dapat diikutinya. Satu hal yang harus dijaga ialah bahwa dalam
mengembangkan bahasa nasional ini, distu pihak, kita harus bersikap terbuka,
tetapi dipihak lain kita juga harus waspada.
Bab II Pengertian Dasar
a. Pengertian
Mengenai Tata Bunyi
Didalam buku ini terdapat beberapa
pengertian dan istilah mengenai tata bunyi yang bersifat umum yang berkenaan
dengan (a) fonem, alofon, dan grafem, (b) gugus dan diftong, serta (c)
fonotaktik.
b. Pembentukan
Kata
Karena kata dalam bahasa indonesia dapat
dibentuk dari kata lain, ada berbagai pengertian dan istilah yang diperlukan
untuk menerangkan proses pembentukan kata yang terdapat didalam bab IV, V, VI,
VII, dan VIII.
c. mengenai
kaliamat
Pada umumya kelimat berwujud rentetan atau
gabungan kata yang disusun sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Dan
kalimat mempunyai tiga klasifikasi, yaitu (1) kategori sintaksis, (2) fungsi
sintaksis, dan (3) peran semantisnya.
d. pengertian
wacana
wacana adalah rentetan kata yang berkaitan
sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu.
Bab III Tentang Bunyi
Bahasa Dan Tata Bunyi Bahasa
Getaran udara yang masuk ketelinga dapat berupa bunyi
atau suara. Getaran udara yang dinamakan bunyi itu dapat terjadi karena dua
benda atau lebih bergeseran atau berbenturan.
Bunyi juga dapat dibuat oleh alat ucap manusia seperti pita suara,
lidah, bibir dan gigi. Bunyi bahasa dibuat oleh manusia untuk mengungkapkan
sesuatu. Bunyi bahasa dapat terwujud nyanyian atau dalam tuturan.
Bab
IV Verba
Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses,
atau keadaan yang bukan sifat atau kualitas. Dan juga kita dapat mengetahui
dengan cara mengamati (1) perilaku semantis, (2) perilaku sintaksis, dan (3) bentuk
morfologinya. Dan masih banyak penjelasan tentang verba yang sangat perlu
dibaca dan dipahami dimulai dari bentuk, turunan maupun majemuk verba yang
terdapat didalam buku Hasan Alwi ini.
Bab V Adjektiva
Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan lebih
khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Selain itu
adjektiva memberikan keterangan terhadap nomina itu berfungsi atributif.
Keterangan itu dapat mengungkapkan suatu kualitas atau keanggotaan dalam suatu
golongan. Selanjutnya adjektiva berfungsi sebagai predikat dan adverbial
kalimat.serta adjektiva terdiri dari segi semantis, sintaksis dan dari segi
bentuknya.
Bab VI Adverbia
Adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva,
atau adverbia lain. Dan didalam tataran klausa, adverbia mewatasi atau
menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis. Pada umumnya kata atau bagian kalimat yang
dijelaskan adverbia itu berfungsi sebagai predikat, fungsi sebagai predikat ini
bukan satu-satunya ciri advebia. Karena adverbia juga dapat menerangkan kata
atau bagian kalimat yang tidak berfungsi sebagai predikat. Sama halnya adverbia
terdiri dari segi bentuk, sintaksis dan semantis. Serta adverbia mempunyai
bagian-bagian, diantaranya : adverbia konjungtif, wacana, gabungan dan adverbia
kelas serta kata lain.
Bab VII Nomina,
Pronomina, Dan Numeralia
a. Nomina
adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda dan konsep atau
pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru, kucing, meja dan kebangsaan
adalah nomina. Nomina dapat dilihat dari segi bentuk, segi semantis dan
dari segi sintaksisnya.
b. Pronomina
dilihat dari segi arti ialah kata yang dipakaiuntuk mengacu kepada orang lain.
Dan pronomina mempunyai tiga bagian, diantaranya ialah (1) pronomina persona,
yang merupakan pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang.(2) pronomina
penunjuk, adalah kata yang mengacu pada acuan yang dekat dengan
pembicara/penulis, pada masa yang akan datang , atau pada informasi yang akan
disampaikan. Pronomina penunjuk dalam bahasa indonesia ada tiga macam, yaitu :
pronomina penunjuk umum, tempat dan penunjuk ihwal. dan (3) pronomina penanya
adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan. Dari segi maknanya,
yang ditanyakan itu dapat mengenai orang, barang dan pilihan.
c. Numeralia
atau kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud
(orang, binatang, atau barang) dan konsep. Dan numeralia terbagi menjadi dua
macam bagian. Yaitu, (1) numeralia pokok yang bermakna bilangan dasar yang
menjadi sumber dari bilangan-bilangan yang lain. (2) numeralia tingkat,
numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya adalah
dengan menambahkan ke- dimuka bilangan yang bersangkutan. Sebagai contoh
kesatu/pertama, kedua, kelima dan seterusnya.
Bab
VIII Kata Tugas
Kata tugas hanya mempunyai arti
gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan
bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain
dalam frasa atau kalimat. Ciri lain dari kata tugas adalah bahwa hampir
semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain. Berdasarkan
perannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima kelompok : (1)
preposisi, (2) konjungtor, (3) interjeksi, (4) artikula, dan (5) partikel
penegas.
Bab
IX Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras, lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan
yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses
fonologis lainya. Kalimta dalam banyak hal tidak berbeda dari klausa. Baik
kalimat maupun klausa merupakan konstuksi sintaksis yang mengandung unsur
predikasi. Klausa ialah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, dan sekurang-kurang
terdiri atas subjek dan prediket serta yang berpotensi menjadi kalimat. Namun
klausa juga merupakan gabungan dua kata, atau lebih yang bersifat predikatif.
Maksudnya, diantara kedua kata itu yang berkedudukan sebagai predikat. Hal yang
mirip dengan klausa ialah frasa namun bedanya terletak pada sifatnya yang
non-predikatif.
Bab
X Hubungan Antarklausa
Sebuah kalimat majemuk, baik setara
maupun bertingkat, terdiri atas lebih dari satu klausa yang saling berhubungan.
Ada dua macam hubungan antarklausa, yaitu hubungan koordinatif (setara) dan
hubungan subordinatif (bertingkat atau setara).
a. Hubungan
antarklausa yang koordiantif
Hubungan koordinatif menunjukkan hubungan yang setara. Kata
penghubung yang dugunakan hanya mengkoordinasi klausa yang setara. Hubungan
koordinatif menghasilkan klausa yang sama kedudukannya, tidak menunjukkan
heararki karena klausa yang lain.
b. Hubungan
antarklausa yang subordinatif
Hubungan ini menunjukkan hubungan hierarkis. Kata penghubung
yang digunakan menyebabkan klausa yang berada dibawah klausa yang lain karena
klausa yang sastu menjadi bagian dari
klausa yang lain.
Bab XI Wacana
Wacana ialah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan
proposisi yang lain sehingga membentuk kesatuan. Wacana juga mempunyai konteks
yang terdiri atas berbagai unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu,
tempat,adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. Tiga unsur
yang terakhir, yaitu bentuk amanat, kode, dan sarana perlu mendapat penjelasan
yang berupa surat, esai, iklan, pemberitahuan, pengumuman dan sebagainya, kode
adalah ragam bahasa yang dipakai, misalnya bahasa indonesia baku, bahasa
indonesia baku, bahasa indonesia logat daerah, atau bahasa daerah. Dan sarana
ialah wahana komunikasi yang dapat berwujud pembicaraan bersemuka atau lewat
telepon, surat, dan televisi.
Pendapat lain
chaer mengatkan bahwa wacana adalah satu bahasa yang lengkap sehingga dalam
hierarki gramatikal merupakan satuan grammatikal tertinggi atau terbesar. Brown
dan Yule menyebutkan bahwa wacana adalah bahasa yang digunakan. Menurut
kinneavy wacana pada umumnya adalah teks yang lengkap yang disampaikan
secara lisan maupun tulisan yang tersusun oleh kalimat yang berkaitan, tidak
harus menampilkan isi yang koheran secara rasional. Wacana dapat diarahkan ke
satu tujuan bahasa atau mengacu jenis kenyataan.
C.
PENUTUP
Pada bagian ini dikemukakan mengenai: (1) Hakikat
Dan Kegunaan Bahasa Menurut Penulis, (2) Kedudukan Bahasa Yang Dijelaskan
ASNAWI S.Pd M.Pd, (3) Komentar Penulis Tentang Laporan Isi Buku, dan (4) Pandangan Penulis tentang Buku yang Dilaporkan. Serta
(5) manfaat dan kritik laporan dari hasil buku yang dilaporkan. Lebih jelas
berikut akan dikemukakan hal-hal yang dimaksud.
1. Hakikat dan Kegunaan Bahasa
Menurut Penulis
Bahasa
adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota
masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau
perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan
itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan,
diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.
Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat
efektif.
Supaya kalimat yang dibuat dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang
digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya
ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak
ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat
diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah.
2.
Kedudukan
Bahasa Yang Dijelaskan ASNAWI S.Pd M.Pd
a. Kedudukan bahasa bertaraf nasional, meliputi :
ü Bahasa indonesia sebagai lambang kebanggaan
ü Bahasa indonesia sebagai identitas nasional
ü Bahasa indonesia sebagai pemersatu antar suku dan
ras
ü Bahasa indonesia sebagai penghubung antar suku, ras,
dan budaya atau anatar wilayah
b. kedudukan bahasa dinegara, meliputi :
ü Bahasa indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan
ü Bahasa indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan
ü Bahasa indonesia sebagai pengemabangan IPTEK dan
kesenian
3.
Komentar Penulis
Tentang Laporan Isi Buku
Pada
bagian ini penulis memaparkan apa yang terdapat didalam buku Hasan Alwi (2003).
Buku tata bahasa baku ini terdiri dari XI bab yang didalam subbab terkandung
penjelasan-penjelasan yang akurat didalam bab. Selain dari pada itu penulis
juga berterimakasih kepada penyusun yang telah menerbitkan buku edisi keenam
ini dengan bagus, namun penulis berkomentar apa yang terdapat didalam buku ini
bahwasanya penulis menemukan kurang lebih kata yang tidak ada penjelasannya,
sehingga pembaca kesulitan memahami kelanjutannya. Akan tetapi buku ini jika
dipakai diperguruan tinggi sangat lebih menarik pembahasannya, selain dari pada
itu buku tata bahasa baku ini
berkemungkinan wajib dipelajari oleh pelajar maupun masyarakat, supaya pelajar dan
masyarakat dapat menggunakan bahasa yang baku, dengan kata lain masyarakat
tidak lagi memakai bahasa daerahnya. Seperti halnya buku ini juga membantu kita
untuk bisa berbahasa indonesia yang baik dan benar.
4. Pandangan Penulis tentang Buku yang
Dilaporkan
Berdasarkan yang ditulis penulis didalam laporan bacaan tersebut, Penulis
memandang mengenai buku yang ditulis Hasan
Alwi
(2003) merupakan buku yang dapat digunakan dalam melakukan pemahaman konsep
mengenai bagaimana cara mentata bahasa baku, serta bagaiamana melakukan
pengaplikasian pengetahuan yang telah dimengerti didalam kehidupan sehari-hari.
Buku ini menjelaskan dan memberikan pengetahuan pengantar bagi pembaca untuk
melakukan pemahaman awal menganai berbahasa indonesia yang baku yang baik dan
benar.
5. Manfaat dan Kritikan laporan
Berdasarkan manfaatnya, buku
yang ditulis oleh Hasan Alwi (2003) ini sangat bermanfaat didalam pendidikan
maupun bagi orang awam terkhusus kepada masyarakat indonesia yang masih
menggunakan bahasa daerah, diantaranya ialah bahasa jawa, batak, melayu,
minang, mandarin dan bahasa lainnya. Dengan adanya buku ini masyarakat dapat
memabaca dan mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari dengan menggunakan
bahasa indonesia yang baku. Didalam diri manusia pasti tek lepas dari
kesalahan, maka dari itu penulis meminta ma’af yang sesungguhnya kepada pembaca
jika terdapat kata yang kurang atau kurang dimengerti dan dipahami.
DAFTAR RUJUKAN
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku. Jakarta : Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 1988. Tata Bahasa Praktis. Jakarta : Bhratara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar